Perkembangan Teknologi Komunikasi Informasi Dalam
Perspektif Islam
I.
Pendahuluan
Perkembangan
Teknologi Informasi sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat seiring
dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan
Komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan
Teknologi Informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi
yang searah maupun dua arah (interaktif).
Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan
pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat
dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat moderen, kemudian secara
otomatis perkembangan tersebut menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi.
Penyebab utama yang paling terasa pada perubahan tersebut adalah pada aspek
Teknologi Informasi, contoh paling sederhana tentang hal ini adalah bila pada
masyarakat yang masih tradisional dahulu dalam pencapaian informasi dari jarak
jauh memerlukan waktu yang begitu lamanya, karena saat itu masih menggunakan
cara pengiriman pesan masih sederhana yaitu surat-menyurat, kemudian berkembang
menjadi faksimile kemudian telepon dan sekarang pada tingkat yang lebih moderen
telah muncul telepon genggam dalam beragam jenis dan fitur-fitur canggih yang
mendominasinya.
Kemajuan sains dan teknologi yang
didalamnya terdapat perkembangan teknologi komunikasi, telah memberikan
kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus
merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya. Karena Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada
manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
A. DEFINISI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi
(Dimitri Mahayana), teknologi berasal
dari bahasa Yunani , Techne, artinya adalah
keahlian dan Logos, artinya ilmu atau pengetahuan yang berguna. Teknologi dapat diartikan
sebagai keahlian yang disistematisasi dan diorganisasi menjadi pengetahuan. Teknologi, secara bebas dapat diartikan sebagai
penerapan ilmu pengetahuan dasar (science) terhadap sesuatu untuk
meningkatkan kegunaan atau nilai tambahan (added value).
Teknologi, menurut Prof. Dr. Iskandar Alisjahbana,
Ing. (dalam tulisannya “Teknologi dan Kebudayaan) Cara melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware
dan software) sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat
lebih ampuh anggota tubuh, panca-indra, dan otak manusia. Teknologi Komunikasi, menurut Onong Uchjana
Effendy, Kemampuan teknik
berlandaskan ilmu pengetahuan mengenai proses berlangsungnya komunikasi melalui
media massa. Teknologi
Komunikasi, menurut Grant (1995), Sistem syaraf dari masyarakat kontemporer,
mengirimkan, mendistribusikan, dan mengendalikan
informasi, dan menghubungkan sedemikian banyak berbagai hal yang terpisah.
Teknologi Informasi, Menurut Ely (1982) “mencakup sistem-sistem komunikasi seperti satelit siaran langsung, kabel
interaktif dua-arah, penyiaran bertenaga rendah (low power broadcasting),
komputer (termasuk personal computer dan komputer genggam yang baru), dan
televisi (termasuk video disk dan video tape cassete)”.
Pada masanya, Istilah Teknologi Komunikasi (TK)
dibedakan dari Teknologi Informasi (TI)
TK mencakup
pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, jaringan, content & nilai, perangkat keras,
dan perangkat lunak dari komunikasi modern dan TI termasuk merupakan bagian di
dalamnya. TI dalam pengertian
hardware atau perangkat kerasnya. TI identik dengan perangkat komputer dan
kelengkapannya saja. Menurut Alwi Dahlan, TK untuk segala sesuatu
yang berkenaan dengan transmisi pesan, dari pengiriman sampai penerimaan,
sedangkan TI menyangkut pengolahan dan penyimpanan informasi. Dewasa ini, Dengan perkembangan konvergensi antara kedua
teknologi itu, makin lama makin sukar membedakan TI dan TK. Keduanya saling
berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, kedua istilah tersebut dapat
dipertukarkan (exchangeable).
Karakteristik
Teknologi Komunikasi
·
Adanya
kebebasan dan kesempatan memilih di antara berbagai metoda dan alat untuk
melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi.
·
Kemungkinan
mengkombinasikan teknologi, metoda dan sistem-sistem yang berbeda dan terpisah
selama ini.
· Kecenderungan ke
arah desentralisasi, individualisasi, dalam konsep dan pola pemakaian teknologi
komunikasi.
B.
HAKIKAT TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Sesungguhnya
teknologi komunikasi adalah peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur
organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap
individu mengumpulkan, memproses, dan saling
tukar informasi dengan individu-individu lain (rogers, 1986:2)
1.
Teknologi komunikasi adalah alat
2.
dilahirkan oleh sebuah struktur
ekonomi, sosial dan politik
3.
membawa nilai-nilai yang berasal
dari struktur ekonomi, sosial dan politik tertentu
4.
meningkatkan kemampuan indera
manusia; terutama kemampuan mendengar dan melihat
sejarah singkat pertekom:
1.
era komunikasi tulisan, 4000 sm
–sekarang
2.
era komunikasi cetak,
1456-sekarang
3.
era telekomunikasi,
1844-sekarang
4.
era komunikasi interaktif,
1946-sekarang
ciri-ciri
komunikasi interaktif
1. orang yang terlibat bisa berinteraksi dengan
leluasa.
2. umpan balik, segera bisa diketahui.
3. penyampaian pesan dilakukan secara verbal
maupun gambar.
4. menggunakan media interaktif.
II.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Penerapan
Teknologi dalam Peradaban Islam
Di
era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang
bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik,
ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan
pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang
mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air
tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam
menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan
terhormat. Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim,
pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan. Al-Kindi, misalnya,
selain dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli
kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang
astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.
Selain itu, peradaban Islam juga
telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan
pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin
dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya
subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu
terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah
teoritis,” ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam
Islamic Technology: An Illustrated History. Sejumlah kitab dan risalah yang
ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan
dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku
atau kitab karya cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya
al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi,
Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.
Para rekayasawan Muslim
telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa;
bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar
langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah
mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan
untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air.
Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung jembatan itu mampu
menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di
kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di
kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain itu, di era
kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur
air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus
air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai
Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu
pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil
ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan penerangan
jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan
Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan
yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan
cahaya.
Selain
dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal
sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu
menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum
pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya.
B. Pandangan Islam terhadap perkembangan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi.
Kemajuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat
satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi modern tersebut
membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat,
tanpa diiringi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional
yang diakibatkannya. (Ahmad Y. Samantho.2004).
Peradaban Barat modern dan
postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan
material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun
karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan
kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu
negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas
hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah
kekuatan IPTEK, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan
penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur &
Selatan.
Kemajuan Teknologi Komunikasi dan teknologi Informasi (IPTEK) di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (IPTEK) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.
Kemajuan Teknologi Komunikasi dan teknologi Informasi (IPTEK) di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (IPTEK) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.
Krisis
multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas dari kendali
nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai
bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat
pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara
maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat
polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga,
seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata
Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis
Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin,
terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh
negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Negara-negara
yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara
berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah
atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena
nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah,
maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara
mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan
negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan
budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui
kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya
krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar
bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.
Ironis
bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi,
justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah
keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil
hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi,
kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana
harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia
ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam,
sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan
mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda
dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk
kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi
(IPTEK) untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan
mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam
(Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai
gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah.
Yang paling terkenal adalah ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191.
“Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 .
Bagi
umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda)
ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang
diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para
Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah
(fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari,
diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu dan akal) akan
semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada
Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan
segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas
satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata
uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila
ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap
ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang
prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran
filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu
pengetahuan modern tersebut.
Karena
alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–, dan ayat-ayat suci
Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw — yang dipelajari melalui agama– ,
adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt,
maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang,
karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta
dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
KESIMPULAN
Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) termasuk didalamnya adalah teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Namun, perkembangan teknologi yang luar biasa menyebabkan manusia “lupa diri”. Manusia menjadi individual, egoistik dan eksploitatif, baik terhadap diri sendiri, sesamanya, masyarakatnya, alam lingkungannya, bahkan terhadap Tuhan Sang Penciptanya sendiri. Karena itulah filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan ditengah-tengah keaneka ragaman IPTEK untuk meluruskan jalan dan menepatkan fungsinya bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini.
Kemajuan sains dan teknologi telah
memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia
sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya. Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang
bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi.
Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Namun, terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama Islam. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh Fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”.
Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Namun, terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama Islam. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh Fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”.
Untuk menghindari efek atau dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi, sebagai umat Islam yang bijak dan taat pada aturan ajaran agamanya, hendaknya berawal dari diri sendiri dalam menyikapi terpaan perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Pergunakanlah manfaat yang postifnya apabila dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi itu bisa bermanfaat dalam kehidupan umat Islam. Dan Jauhilah atau buanglah manfaat negatifnya apabila dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi itu cenderung bersifat menjerumuskan kedalam kebathilan. Dikarenakan agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di masa sekarang, maupun di waktu-waktu yg kan datang. Demikian pula dengan ajaran Islam, yang tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, serta analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yg hukumnya haram, kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.
Sumber / Daftar
Pustaka :
Ø
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1998.
Ø
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung:
2005.
Ø
Drs. Akmal Hawi. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
IAIN Raden Fatah Press.
Ø
Drs. Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
1996 PT Raja Grafindo Persada: jakarta.
Ø
Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa dalam
Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Ø
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.
Ø
Sophiaan, Ainur Rofiq. Tantangan Media Informasi
Islam, Antara Profesionalisme dan Dominasi Zionis. Surabaya: Risalah Gusti,
1993.
Ø
Hussain, Mohd. Yusof, et.al. Dua Puluh Lima Soal
Jawab Mengenai Komunikasi Islam. Jabatan Komunikasi Pembangunan, Pusat
Pengembangan dan Pendidikan Lanjutan, University Pertanian Malaysia, 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar